LAPORAN
PRAKTIKUM I
ILMU PERMULIAAN
TERNAK
“Analisis
Sifat Kuantitatif Telur Ayam Kampung dan Telur Burung Puyuh
(Cotururmix-corutmix japonica)”
Oleh
:
Nama : An’nisa Fathia Abdullah
Stambuk : L1A1 14 010
Kelas : A
Kelompok : I (satu)
Asisten : Muh. Akramullah
JURUSAN
PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pemuliaan Ternak merupakan
salah satu pengetahuan yang berfungsi untuk mengetahui bagaimana ternak hidup
dengan memperhatikan kualitas mutu genetik, caranya adalah dengan seleksi dan
sistem persilangan. Sifat yang diwariskan dari induk dan pejantan kepada
turunannya meliputi sifat kuantitatif dan kualitatif. Sifat kuantitatif adalah sifat atau karakter pada
individu yang dapat diukur dan ditimbang. Sifat ini diexpresikan oleh banyak
gen yang bersifat aditif dan pada penampilannya banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Beberapa sifat yang diwariskan dari tetua ke generasi anak antara
lain, berat telur, indeks telur dan warna kulit telur.
Pada dasarnya penetasan
telur ayam kampung dapat dikelompokan menjadi dua macam cara, yaitu cara alami
dengan induk dan cara buatan yaitu
dengan menggunkan mesin tetas. Kelebihan dari penetasan alami yaitu lebih mudah
dilakukan oleh peternak dan tidak memerlukan pengawasan yang intensif seperti
pengaturan suhu dan kelembapan serta pemutaran.Kelemahannya adalah daya dari
manajemen peternak dalam pengelolaan mesin tetas, seperti pengaturan suhu,
kelembapan, dan pemutaran telur yang merata untuk mendapatkan suhu yang stabil,
serta mempunyai kelebihan dapat menetaskan telur lebih banyak.
Proses pemutaran telur
ayam kampung yang telah dimasukkan kedalam mesin tetas yaitu pemutaran
sebaiknya dilaksanakan paling sedikit 2 kali atau lebih baik diputar 6,8 sampai
10 kali sehari dengan setengah putaran. Dengan pemutaran yang lebih sering maka
telur akan lebih cepat menetas (daya tetas) sehingga kandungan air didalamnya
tidak akan lebih banyak hilang yang membuat bobot DOC meningkat, dan sebaliknya
pemutaran yang tidak sering akan membuat telur tidak cepat menetas dengan baik,
sehingga terjadi penguapan yang berlebihan dan kadar air didalam telur akan
berkurang yang membuat bobot DOC akan berkurang.
Burung puyuh merupakan
salah satu unggas yang harus dikembangkan danditingkatkan produksinya karena
sangat potensial untuk cepat menghasilkan kebutuhanprotein hewani berupa telur
bagi masyarakat.Kelebihan usaha puyuh adalah pada umurenam minggu sudah
berproduksi, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudahpemeliharaan serta
dapat diusahakan pada lahan yang terbatas.Untuk menghasilkanproduksi dan
kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kandungan nutrien dalamransum
secara lengkap seperti energi, protein, vitamin, mineral, dan
air.Vitaminmerupakan salah satu unsur nutrien yang dibutuhkan oleh burung puyuh.
Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam
menetaskan telur dengan mesin tetas adalah bobot telur tetas, karena bobot
telur tidak hanya berpengaruh terhadap
daya tetas saja tetapi juga sangat berpengaruh terha dap bobot tetas. Bobot telur tetas yang baik untuk burung
puyuh berkisar antara
9- 10 gram. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan
penetasa telur burung puyuh adalah fertilitas dari telur itu sendiri. Jika
nilai fertilitasnya tinggi maka tidak menutup kemungkianan nilai presentase
daya tetasnya akan tinggi pula.
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dilaksanakanlah praktikum analisis sifat kuantitatif
telur ayam kampung dan telur burung puyuh. Yang mana nantiya hasil dari
pengamatan akan memberikan informasi tentang rata-rata, standar deviasi, dan
koefisien keragaman pada telur ayam kampong dan telur burung puyuh.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
pada praktikum kali ini sebagai berikut :
1. Apa
sifa kuntitatif pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh ?
2. Bagaimana
cara menghitung rata-rata, standar deviasi, dan koefisien keragaman pada telur
ayam kampung dan telur burung puyuh ?
1.3.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum ini yaitu
agar mahasiswa dapat mengamati sifat kualitatif
telur ayam kampung dan telur burung puyuh.
Manfaat praktikum ini yaitu
agar mahasiswa dapat memahami sifat
kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Telur Ayam Kampung dan Telur Burung Puyuh
2.1.1.
Telur
Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan
salah satu jenis ternak lokal yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia.
Umumnya pemeliharaan ayam kampung dilakukan secara tradisional ekstensif,
tetapi akhir-akhir ini telah digalakkan usaha pemeliharaan secara semi intensif
maupun intensif. Ayam kampung sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
pedesaan, sehingga tak heran apabila ayam kampung banyak terdapat
dimana-mana.Bobot badan dan warna bulu ayam kampung sangat beragam dan tidak
mencerminkan spesifik warna tertentu. Oleh kerana itu ayam kampung memerlukan
pelestarian dan peningkatan produktivitasnya dengan cara pemurnian melalui
seleksi (Dwiyanto (2007).
Sulandari dkk.(2007) menyatakan bahwa ayam
kampung dapat diketahui dari bentuk tubuh yang ramping, kaki yang panjang dan
warna bulu yang beragam.Sifat fenotipe dan genotipe ayam kampung masih
bervariasi seperti warna bulu yang masih beragam yaitu warna hitam, tipe liar,
pola kolumbian, bulu putih dan bulu lurik. Bentuk jengger ayam kampung
juga bervariasi yaitu tunggal, rose, pea, walnut. Dwiyanto (2007) menyatakan bahwa selain dipelihara untuk
tujuan produksi daging dan telur, ayam kampung merupakan hewan kesayangan yang
dimanfaatkan sebagai penghias halaman, untuk diadu, bahkan keperluan ritual.
Ayam kampung mempunyai kemampuan bertahan dan berkembang biak dengan baik,
serta tahan terhadap penyakit. Sayangnya, pemeliharaan ayam kampung masih
bersifat tradisional dengan pemberian makan seadanya dan diumbar untuk mencari
makan sendiri.Kehidupan ayam kampung sebagian besar masih digolongkan sebagai ayam
setengah liar (semi domestication), karena hidup dan perkembangbiakannya
masih bergantung pada alam sekitar.
2.1.2.
Burung Puyuh
Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai
penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang
murah serta mudah didapat.Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix
japonica. Burung puyuh tipe liar memiliki bulu dengan warna dominan coklat
cinnamon dan gelap. Akan tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna
yang pucat dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh betina, puyuh
jantan dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada dan
pipi (Vali, 2008).
Puyuh merupakan
ternak berdarah panas,
rataan suhu tubuh puyuh betina dewasa adalah antara41,8-42,4oC.
Suhu lingkungan yang optimal untuk puyuh fully feathered adalah 24oC
dan untuk anak puyuh (day old quail) adalah 35oC. Kelembapan
lingkungan yang optimal untuk puyuh adalah antara 30%-80%.
2.2. Bobot Telur Ayam Kampung dan Telur
Burung Puyuh
2.2.1. Berat Telur Ayam Kampung
Berat telur sering dipakai sebagai kriteria seleksi untuk
ayam petelur. Kriteria sangat besar yaitu telur dengan berat 57,8 gram ke atas,
besar yaitu telur dengan berat 49,7-57,7 gram, sedangkan (medium) yaitu telur
dengan berat 42,7-49,6 gram dan kecil yaitu telurdengan berat kurang dari 42,6
gram (Suprianto, 2001).
Berat
telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, genetic, tingkatan dewasa kelamin
induk, umur induk, obat-obatan, dan pakan. Faktor genetic berpengaruh terhadap
lama periode pertumbuhan ovum sehingga yolk yang lebih besar akan menghasilkan
telur besar. Telur pertama yang dihasilkan induk lebih kecil dari pada yang
dihasilkan berikutnya, ukuran telur akan meningkat sesuai dengan mulai
teraturnya induk bertelur. Ukuran telur akan meningkat dengan meningkatnya
kandungan protein pakan.cuaca juga berpengaruh karena cuaca panas akan
mempengaruhi kondisi kandang dan menyebabkan menurunya ukuran telur (Suprijatna
etal.2005).
Beberapa faktor lain
yang mempengaruhi bobot telur ayam adalah umur ayam, suhu lingkungan, strain
atau breed, umur ayam, kandungan nutrisi dalam ransum, bobot tubuh ayam
dan waktu telur dihasilkan (Sodak, 2011). Ditambahkan oleh North dan Bell
(1984) bahwa faktor yang mempengaruhi bobot telur antara lain genetik dan umur
ayam, pakan, penyakit, suhu lingkungan, musim dan sistem pengelolaan ayam.
Menurut Haryono (2000) bahwa telur ayam kampung memiliki kisaran bobot antara
35-45 gram.
Bobot telur tidak
terlepas dari pengaruh bobot kuning telur.Persentase kuning telur sekitar
30%-32% dari bobot telur.Bobot kuning telur dipengaruhi oleh perkembangan
ovarium.Ovarium merupakan tempat pembentukan kuning telur, apabila pembentukan
kuning telur kurang sempurna maka bobot telur kecil (Tugiyanti, 2012).
Penyerapan nutrisi yang kurang optimal pada usus juga akan berpengaruh terhadap
pembentukan ovarium sehingga kualitas bobot telur kurang optimal.
2.2.2. Berat Telur
Burung Puyuh
Bobot telur puyuh yang baik berkisar
antara 9-10 gram.
Selain mempengaruhi daya tetas, bobot telur juga mempengaruhi bobot
tetas, dimana bobot telur tetas tinggi
akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan sebaliknya Mahi (2012). Berat
telur merupakan salah satu sifat yang diwariskan induk kepada anaknya.Faktor
yang berpengaruh terhadap berat telur adalah berat badan puyuh, umur induk,
umur saat pertama kali bertelur dan tingkat produksi telur (gen). Semakin tua
umur pertama kali bertelur, maka akan semakin berat pula telur yang dihasilkan.
Berat telur pada masa produktif puyuh selama 4 minggu pertama adalah sekitar
8,9 gram (terendah). Telur berukuran sedang mempunyai ciri berat 94-105
butir/kg, bercaknya jelas dan mempunyai kulit telur yang tebal (Sugiharto,
2005).
2.3. Indeks Telur Ayam Kampung dan Telur Burung
Puyuh
2.3.1. Indeks Telur Ayam Kampung
Menurut
Nasution (2009) bahwa indeks telur yang baik berkisar 70%-79%.Sementara itu
menurut Sodak (2011) kisaran indeks telur yang normal adalah 70%-74%.Telur yang
baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai "Shape Index" (SI)
antara 72-76 (Haryono, 2000).Nutrisi yang terserap oleh tubuh ayam yang
digunakan sebagai sumber energi untuk pemenuhan hidup pokok sehingga energi
yang digunakan untuk organ reproduksi dan produksi belum optimal.Bentuk telur
yang tidak proporsional berupa bentuk telur yang tidak bulat, terdapat bentuk
cetak tubuh pada telur (body-check) dan tidak seimbang perbandingan
panjang dan lebarnya.Hal ini disebabkan oleh daya kerja alat reproduksi ayam.
Penurunan kemampuan daya cerna pakan, ketersediaan Ca dan mineral lainnya pada
tubuh ayam, dan kemampuan alat reproduksi yang terjadi akan berpengaruh
terhadap kualitas telur yang dihasilkan (Sodak, 2011).
Pengaruh
perubahan suhu dan kelembapan lingkungan yang secara mendadak secara langsung
dapat menyebabkan stress pada ayam. Ketika ayam mengalami stress, produksi
hormon FSH akan terganggu yang diduga berdampak negatif pada kerabang telur
yang dihasilkan. Hormon FSH mempengaruhi sekresi steroid yaitu estrogen dan
progesteron., yang dihasilkan oleh sel theca dan sel granulosa, yang penting
untuk pembentukan kuning telur, albumin dan cangkang telur. Stress juga dapat
mengakibatkan turunnya nafsu makan ayam, sehingga asupan nutrien bagi ayam
menjadi rendah. Kekurangan nutrien seperti Ca dan P dapat menimbulkan
terjadinya bentuk kerabang telur yang tidak proporsional (Hafez, 2000).
Bobot tubuh
ayam juga mempengaruhi bentuk telur, bobot tubuh ayam yang semakin besar
memungkinkan ukuran isthmus semakin besar dan lebar, sehingga bentuk
telur yang dihasilkan akan cenderung bulat. Bentuk telur yang semakin bulat
tersebut umumnya memiliki nilai indeks telur yang lebih tinggi (Sodak, 2011).
2.3.2. Indeks Telur
Burung Puyuh
Perhitungan
indeks bentuk telur melibatkan penentuan nilai sifat-sifat yang diseleksi
secara terpisah.Semakin tinggi indeks telur, maka kualitas telur semakin baik
dengan bentuk semakin bundar.Bentuk telur merupakan salah satu unsur genetik
yang diturunkan dari induk kepada anknya. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan
perhitungan dengan cara lebar telur dibagi panjang telur dan hasilnya dikali
seratus (Mujianto, 2007). Indeks hough pada telur puyuh adalah sebesar
77,96-80,20. Semakin besar indeks telur dapat berarti semakin besar atau
bagus kualitas pada telur tersebut.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Analisis sifat kualitatif telur ayam
kampung dan telur burung puyuh ini dilaksanakan di Kandang Unggas Fakultas
Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari, pada hari Rabu 9 Maret 2016 pukul
15:00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Praktikum
Adapun Alat dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum Analisis
sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1.Alat dan Kegunaan Praktikum Analisis sifat
kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Jangka sorong
|
Untuk mengukur panjang dan diameter telur
|
2.
|
Timbangan
|
Untuk menimbang berat telur
|
3.
|
Spidol permanent
|
Untuk menuliskan kode pada telur
|
4.
|
Alat tulis
|
Untuk menulis hasil pengamatan
|
3.2.2. Bahan
Praktikum
Bahan dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum Analisis sifat
kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh disajikan padaTabel 2.
Tabel 2.Bahan dan Kegunaan Analisis
sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
2.
|
Ayam Kampung
Telur Puyuh
|
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan
|
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum Karekteristik dan
Ukuran Dimensi TelurAyam Kampung adalah sebagai berikut:
1.
Menyediakan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam praktikum,
2.
Menimbang telur ayam kampung, dan telur
burung puyuh.
3.
Mengukur
panjang telur ayam kampong, dan telur burung puyuh.
4.
Mengukur
diameter telur ayam kampung, dan telur
burung puyuh.
5.
Menghitung indeks telur dengan
membandingkan lebar dengan panjang telur lalu dikaliakan 100 %.
6. Memasukan
telur ayam kampung dan telur burung puyuh dalam mesin tetas.
7. Menghitung
nilai vertilitasya setelah lima hari.
8.
Menuliskan hasil pengukuran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Rataan ukura-ukuran Ayam Kampung dan Burung Puyuh
Hasil pengamatan pada
praktikum Rataan Bobot Telur, Panjang Telur, Diameter Telur Ayam Kampung dan
Telur Puyuh Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Bobot
Telur, Panjang Telur, Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh
Jenis Telur
|
Ukuran telur
|
||
Bobot telur (g)
|
Panjang (cm)
|
Diameter (cm)
|
|
Ayam
Kampung
|
41.86±4.16
|
4.53±0.64
|
4,22±3,01
|
Puyuh
|
9,80 ±1,38
|
2,93±0,19
|
2,36±0.50
|
Berdasarkan Tabel 3 hasil
pengamatan yang diperoleh adalah pada telur ayam kampung memiliki rataan bobot
telur adalah 41.86±4.16 gram, hasil pengamatan yang
diperoleh sesuai dengan pendapat Haryono (2000) bahwa
telur ayam kampung memiliki kisaran bobot antara 35-45 gram. Berat telur
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, genetik, tingkatan dewasa kelamin
induk. Sementara pendapat Hardjosubroto (1994) yang menyatakan bahwa berat
telur ayam kampung kurang dari 42,6 gram.
panjang
telur adalah 4.83±0.35 cm, dan diameter telur adalah 3.77±0.20 cm
Sedangkan diameter telur ayam kampung rata-rata 3,56 cm. Hasil pengamatan yang
di peroleh sesuai, Menurut Suprijatna (2005) bahwa panjang Telur Ayam Kampung
yang idealnya adalah kurang lebih 5 cm, sedangkan lebar telur ayam kampung adalah
4 cm.
Pada telur burung puyuh
memiliki bobot telur adalah 9,80 ±1,38gram, Hasil pengamatan ini sesuai dengan pendapat Mahi (2012)
bahwa Bobot telur tetas yang baik untuk
burung puyuh berkisar
antara 9- 10 gram.
Selain bobot telur ukuran lain yang diukur
adalah panjang telur. Panjang telur ini
nantinya akan berpengaruh terhadap indeks telur. Semakin panjang ukuran yelur
umaka indeksnya semakin menurun. Sebaliknya semakin pendek ukurannya maka indeksya semakin
tinggi. Panjang telur burung puyuh
berdasarkan hasil pengamatan adalah 2,93±0,19.
Ukuran yang selanjutnya
diamati adalah diamaeter atau lebar telur. Lebar telur burung puyuh pada hasil
pengamtan adalah 2,36±0,50. Lebar juga sangat menentukan nilai indeks telur,
semakin tinggi nilai lebar telur maka semakin tinggi pula nilai indeks telur
dan sebaliknya semakin rendah nilai lebar telur maka semakin rendah pula nilai
indeks telur.
4.2.
Persentasi Indeks Telur dan Koefisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan Burung
Puyuh.
Hasil pengamatan pada
praktikum Persentasi Indeks Telur dan Koefisien Keragaman Telur Ayam Kampung
dan Burung Puyuh Tabel 4.
Tabel 4. Persentase
Indeks Telur dan Kofisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh
Ukuran
|
Indeks telur
(%)
|
Ayam Kampung
|
95,13±62,14
|
Puyuh
|
81,10±19,29
|
Berdasarkan Tabel 3 hasil
pengamatan yang diperoleh adalah pada telur ayam kampung memiliki persentasi
indeks telur dan koefisien keragaman adalah 95,13±62,14.
Hal ini tidak sesuai pernyataan Nasution
(2009) bahwa indeks telur yang baik berkisar 70%-79%.Sementara itu menurut
Sodak (2011) kisaran indeks telur yang normal adalah 70%-74%.Telur yang baik
berbentuk oval dan idealnya mempunyai "Shape Index" (SI)
antara 72-76 (Haryono, 2000).
Nilai indeks telur burung puyuh pada pengamatan ini yaitu 81,10±19,29. Sedangkan
hasil pengamatan Srigandono, 1997 menunjukan bahwa indeks hough pada telur puyuh adalah sebesar
77,96-80,20. Semakin besar indeks telur dapat berarti semakin besar atau
bagus kualitas pada telur tersebut.
Indeks telur yang bagus nantinya juga akan menentikan daya tetas pada ternak
yang bersangkutan.Hal ini sesuai dengan pendapat Srigandono (1997) bentuk telur
merupakan salah satu unsur genetik yang diturunkan dari induk kepada anaknya,
untuk mengetahuinya dapat dilakukan perhitungan dengan cara lebar telur dibagi
panjang telur dan hasilnya dikali seratus.
4.3. Persentase
Koefisien Keragaman Pada Bobot Telur, Panjang dan Diameter Telur Ayam Kampung
dan Telur Puyuh.
Hasil pengamatan pada
praktikum persentase koefisien keragaman pada bobot telur, panjang dan diameter
telur ayam kampung dan telur puyuh tabel 5.
Tabel 5. Persentase
Koefisien Keragaman Pada Bobot Telur, Panjang dan Diameter Telur Ayam Kampung
dan Telur Puyuh.
Ukuran
Telur
|
Ayam Kampung
|
Puyuh
|
Bobot
Telur (%)
|
41,86
|
9,80
|
Panjang
Telur (%)
|
4.53
|
2,93
|
Diameter
Telur (%)
|
4,22
|
2,36
|
Berdasarkan Tabel 5 hasil pengamatan yang diperoleh adalah pada
telur ayam kampung memiliki persentase koefisien keragaman
adalah pada ayam kampung memiliki koefisien keragaman bobot telur yaitu 41,86, koefisien keragaman panjang telur adalah 4,53, dan
koefisien keragaman diameter telur adalah 4,22. Sedangkan pada telur burung
puyuh memiliki koefisien keragaman adalah pada bobot telur 9,80, pajang telur
adalah 2,93, dan diameter telur adalah 2,36.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Bobot telur pada ayam kampung adalah 41.86±4.16, panjang telur
adalah 4.53±0.64, dan diameter telur adalah 4,22±3,01, sedangkan pada telur
burung puyuh adalah bobot telur 9,80 ±1,38, panjang telur adalah 2,93±0,19, dan diameter telur adalah
2,36±0.50.
2. Indeks telur pada telur ayam kampung adalah 95,13±62,14, sedangkan
indeks pada telur burung puyuh adalah 81,10±19,29.
3. Koefisien keragaman pada telur ayam kampung adalah bobot telur
adalah 41,86, panjang telur adalah 4,53, dan diameter telur adalah 4,22,
sedangkan koefisien keragaman pada telur burung puyuh adalah bobot telur 9,80,
panjang telur adalah 2,93, dan diameter telur adalah 2,36.
5.2. Saran
Saran saya pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut
:
1. Agar praktikum kedepannya alat-alatnya di lengakapi, seperti alat
peneropongan.
2. Kedepannya praktikum jangan dilakukan bercampur dengan semua kelas,
karena susah untuk mencari datanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Diwyanto,
K., D. Zainuddin, T. Sartika, S. Rahayu, Djufri, C. Arifin, & Cholil. 2007.
Model Pengembangan Peternakan Rakyat
Terpadu Berorientasi Agribisnis. Komoditi Ayam Buras. Laporan Dirjennak
bekerjasama dengan Balitnak.
Hafez. 2000.
Mujianto.
2007.Produksi Unggas Ayam. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Suprianto.
2001. The Avian Egg. Jhon Willey and Sons. Inc, New York.
Sulandri,
S., M.S.A Zein, Sri Paryanti, T. Sartika, J.H.P. Sidadolog, M. Astuti, T.
Widjastuti, E. Sujana, S. Darana, I. Setiawan, D. Garnida, S. Iskandar, D.
Zainuddin, T. Herawati, I. Wayan & T. Wibawan. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia.Manfaat
dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Jakarta.
Suprijatna.
E. U. 2005. Atmomarsono dan R. Kartasudjana.Ilmu Dasar Ternak Umggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugiharto,
R. S. 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sodak,
F.J. 2011.Karakteristik Fisik Dan
Kimia Telur Ayam Arab Pada Dua Peternakan Di Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi. Peternakan Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Tugiyanti,
E dan N. Iriyanti. 2012. Kualitas Eksternal Ayam Petelur Yang Mendapat Ransum
Dengan Penambahan Tepung Ikan Fermentasi Menggunakan Isolate Produser
Antihistamin. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. Vol. (1) No 2 : 23-45.
Vali,
follet. 2008. “Circadian rhythm of melatonin in the pineal gland of the
Japanese quail (Coturnix coturnix japonica)”. Journal of Endocrinology.Vol (107).No.
324 : 107-200.