Selasa, 10 Mei 2016



LAPORAN PRAKTIKUM I
ILMU PERMULIAAN TERNAK

“Analisis Sifat Kuantitatif Telur Ayam Kampung dan Telur Burung Puyuh (Cotururmix-corutmix japonica)”









Oleh :
Nama            : An’nisa Fathia Abdullah
Stambuk       : L1A1 14 010
Kelas             : A
Kelompok     : I (satu)
Asisten          : Muh. Akramullah










JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemuliaan Ternak merupakan salah satu pengetahuan yang berfungsi untuk mengetahui bagaimana ternak hidup dengan memperhatikan kualitas mutu genetik, caranya adalah dengan seleksi dan sistem persilangan. Sifat yang diwariskan dari induk dan pejantan kepada turunannya meliputi sifat kuantitatif dan kualitatif. Sifat kuantitatif adalah sifat atau karakter pada individu yang dapat diukur dan ditimbang. Sifat ini diexpresikan oleh banyak gen yang bersifat aditif dan pada penampilannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Beberapa sifat yang diwariskan dari tetua ke generasi anak antara lain, berat telur, indeks telur dan warna kulit telur.
Pada dasarnya penetasan telur ayam kampung dapat dikelompokan menjadi dua macam cara, yaitu cara alami dengan induk dan  cara buatan yaitu dengan menggunkan mesin tetas. Kelebihan dari penetasan alami yaitu lebih mudah dilakukan oleh peternak dan tidak memerlukan pengawasan yang intensif seperti pengaturan suhu dan kelembapan serta pemutaran.Kelemahannya adalah daya dari manajemen peternak dalam pengelolaan mesin tetas, seperti pengaturan suhu, kelembapan, dan pemutaran telur yang merata untuk mendapatkan suhu yang stabil, serta mempunyai kelebihan dapat menetaskan telur lebih banyak.
Proses pemutaran telur ayam kampung yang telah dimasukkan kedalam mesin tetas yaitu pemutaran sebaiknya dilaksanakan paling sedikit 2 kali atau lebih baik diputar 6,8 sampai 10 kali sehari dengan setengah putaran. Dengan pemutaran yang lebih sering maka telur akan lebih cepat menetas (daya tetas) sehingga kandungan air didalamnya tidak akan lebih banyak hilang yang membuat bobot DOC meningkat, dan sebaliknya pemutaran yang tidak sering akan membuat telur tidak cepat menetas dengan baik, sehingga terjadi penguapan yang berlebihan dan kadar air didalam telur akan berkurang yang membuat bobot DOC akan berkurang.
Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan danditingkatkan produksinya karena sangat potensial untuk cepat menghasilkan kebutuhanprotein hewani berupa telur bagi masyarakat.Kelebihan usaha puyuh adalah pada umurenam minggu sudah berproduksi, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudahpemeliharaan serta dapat diusahakan pada lahan yang terbatas.Untuk menghasilkanproduksi dan kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kandungan nutrien dalamransum secara lengkap seperti energi, protein, vitamin, mineral, dan air.Vitaminmerupakan salah satu unsur nutrien yang dibutuhkan oleh burung puyuh.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan  dalam menetaskan telur dengan mesin tetas adalah bobot telur tetas, karena bobot telur tidak  hanya berpengaruh terhadap daya tetas saja tetapi juga sangat berpengaruh terha dap bobot tetas.  Bobot telur tetas yang baik untuk  burung  puyuh  berkisar  antara  9- 10   gram.  Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan penetasa telur burung puyuh adalah fertilitas dari telur itu sendiri. Jika nilai fertilitasnya tinggi maka tidak menutup kemungkianan nilai presentase daya tetasnya akan tinggi pula.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilaksanakanlah praktikum analisis sifat kuantitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh. Yang mana nantiya hasil dari pengamatan akan memberikan informasi tentang rata-rata, standar deviasi, dan koefisien keragaman pada telur ayam kampong dan telur burung puyuh.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum kali ini sebagai berikut :
1.    Apa sifa kuntitatif pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh ?
2.    Bagaimana cara menghitung rata-rata, standar deviasi, dan koefisien keragaman pada telur ayam kampung dan telur burung puyuh ?

1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengamati sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh.
Manfaat praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Telur Ayam Kampung dan Telur Burung Puyuh
2.1.1.  Telur Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak lokal yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Umumnya pemeliharaan ayam kampung dilakukan secara tradisional ekstensif, tetapi akhir-akhir ini telah digalakkan usaha pemeliharaan secara semi intensif maupun intensif. Ayam kampung sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pedesaan, sehingga tak heran apabila ayam kampung banyak terdapat dimana-mana.Bobot badan dan warna bulu ayam kampung sangat beragam dan tidak mencerminkan spesifik warna tertentu. Oleh kerana itu ayam kampung memerlukan pelestarian dan peningkatan produktivitasnya dengan cara pemurnian melalui seleksi (Dwiyanto (2007).
Sulandari dkk.(2007) menyatakan bahwa ayam kampung dapat diketahui dari bentuk tubuh yang ramping, kaki yang panjang dan warna bulu yang beragam.Sifat fenotipe dan genotipe ayam kampung masih bervariasi seperti warna bulu yang masih beragam yaitu warna hitam, tipe liar, pola kolumbian, bulu putih dan bulu lurik. Bentuk jengger ayam kampung juga bervariasi yaitu tunggal, rose, pea, walnut. Dwiyanto (2007) menyatakan bahwa selain dipelihara untuk tujuan produksi daging dan telur, ayam kampung merupakan hewan kesayangan yang dimanfaatkan sebagai penghias halaman, untuk diadu, bahkan keperluan ritual. Ayam kampung mempunyai kemampuan bertahan dan berkembang biak dengan baik, serta tahan terhadap penyakit. Sayangnya, pemeliharaan ayam kampung masih bersifat tradisional dengan pemberian makan seadanya dan diumbar untuk mencari makan sendiri.Kehidupan ayam kampung sebagian besar masih digolongkan sebagai ayam setengah liar (semi domestication), karena hidup dan perkembangbiakannya masih bergantung pada alam sekitar.
2.1.2. Burung Puyuh
Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat.Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix japonica. Burung puyuh tipe liar memiliki bulu dengan warna dominan coklat cinnamon dan gelap. Akan tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada dan pipi (Vali, 2008).
Puyuh merupakan ternak berdarah panas, rataan suhu tubuh puyuh betina dewasa adalah antara41,8-42,4oC. Suhu lingkungan yang optimal untuk puyuh fully feathered adalah 24oC dan untuk anak puyuh (day old quail) adalah 35oC. Kelembapan lingkungan yang optimal untuk puyuh adalah antara 30%-80%.
2.2.  Bobot Telur Ayam Kampung dan Telur Burung Puyuh
2.2.1.  Berat Telur Ayam Kampung
           Berat telur sering dipakai sebagai kriteria seleksi untuk ayam petelur. Kriteria sangat besar yaitu telur dengan berat 57,8 gram ke atas, besar yaitu telur dengan berat 49,7-57,7 gram, sedangkan (medium) yaitu telur dengan berat 42,7-49,6 gram dan kecil yaitu telurdengan berat kurang dari 42,6 gram (Suprianto, 2001).
            Berat telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, genetic, tingkatan dewasa kelamin induk, umur induk, obat-obatan, dan pakan. Faktor genetic berpengaruh terhadap lama periode pertumbuhan ovum sehingga yolk yang lebih besar akan menghasilkan telur besar. Telur pertama yang dihasilkan induk lebih kecil dari pada yang dihasilkan berikutnya, ukuran telur akan meningkat sesuai dengan mulai teraturnya induk bertelur. Ukuran telur akan meningkat dengan meningkatnya kandungan protein pakan.cuaca juga berpengaruh karena cuaca panas akan mempengaruhi kondisi kandang dan menyebabkan menurunya ukuran telur (Suprijatna etal.2005).
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi bobot telur ayam adalah umur ayam, suhu lingkungan, strain atau breed, umur ayam, kandungan nutrisi dalam ransum, bobot tubuh ayam dan waktu telur dihasilkan (Sodak, 2011). Ditambahkan oleh North dan Bell (1984) bahwa faktor yang mempengaruhi bobot telur antara lain genetik dan umur ayam, pakan, penyakit, suhu lingkungan, musim dan sistem pengelolaan ayam. Menurut Haryono (2000) bahwa telur ayam kampung memiliki kisaran bobot antara 35-45 gram.
Bobot telur tidak terlepas dari pengaruh bobot kuning telur.Persentase kuning telur sekitar 30%-32% dari bobot telur.Bobot kuning telur dipengaruhi oleh perkembangan ovarium.Ovarium merupakan tempat pembentukan kuning telur, apabila pembentukan kuning telur kurang sempurna maka bobot telur kecil (Tugiyanti, 2012). Penyerapan nutrisi yang kurang optimal pada usus juga akan berpengaruh terhadap pembentukan ovarium sehingga kualitas bobot telur kurang optimal.
2.2.2. Berat Telur Burung Puyuh
           Bobot telur puyuh yang baik berkisar antara 9-10 gram.  Selain mempengaruhi daya tetas, bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana bobot telur tetas tinggi  akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan sebaliknya Mahi (2012). Berat telur merupakan salah satu sifat yang diwariskan induk kepada anaknya.Faktor yang berpengaruh terhadap berat telur adalah berat badan puyuh, umur induk, umur saat pertama kali bertelur dan tingkat produksi telur (gen). Semakin tua umur pertama kali bertelur, maka akan semakin berat pula telur yang dihasilkan. Berat telur pada masa produktif puyuh selama 4 minggu pertama adalah sekitar 8,9 gram (terendah). Telur berukuran sedang mempunyai ciri berat 94-105 butir/kg, bercaknya jelas dan mempunyai kulit telur yang tebal (Sugiharto, 2005).

2.3.   Indeks Telur Ayam Kampung dan Telur Burung Puyuh
2.3.1.  Indeks Telur Ayam Kampung
Menurut Nasution (2009) bahwa indeks telur yang baik berkisar 70%-79%.Sementara itu menurut Sodak (2011) kisaran indeks telur yang normal adalah 70%-74%.Telur yang baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai "Shape Index" (SI) antara 72-76 (Haryono, 2000).Nutrisi yang terserap oleh tubuh ayam yang digunakan sebagai sumber energi untuk pemenuhan hidup pokok sehingga energi yang digunakan untuk organ reproduksi dan produksi belum optimal.Bentuk telur yang tidak proporsional berupa bentuk telur yang tidak bulat, terdapat bentuk cetak tubuh pada telur (body-check) dan tidak seimbang perbandingan panjang dan lebarnya.Hal ini disebabkan oleh daya kerja alat reproduksi ayam. Penurunan kemampuan daya cerna pakan, ketersediaan Ca dan mineral lainnya pada tubuh ayam, dan kemampuan alat reproduksi yang terjadi akan berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan (Sodak, 2011).
Pengaruh perubahan suhu dan kelembapan lingkungan yang secara mendadak secara langsung dapat menyebabkan stress pada ayam. Ketika ayam mengalami stress, produksi hormon FSH akan terganggu yang diduga berdampak negatif pada kerabang telur yang dihasilkan. Hormon FSH mempengaruhi sekresi steroid yaitu estrogen dan progesteron., yang dihasilkan oleh sel theca dan sel granulosa, yang penting untuk pembentukan kuning telur, albumin dan cangkang telur. Stress juga dapat mengakibatkan turunnya nafsu makan ayam, sehingga asupan nutrien bagi ayam menjadi rendah. Kekurangan nutrien seperti Ca dan P dapat menimbulkan terjadinya bentuk kerabang telur yang tidak proporsional (Hafez, 2000).
Bobot tubuh ayam juga mempengaruhi bentuk telur, bobot tubuh ayam yang semakin besar memungkinkan ukuran isthmus semakin besar dan lebar, sehingga bentuk telur yang dihasilkan akan cenderung bulat. Bentuk telur yang semakin bulat tersebut umumnya memiliki nilai indeks telur yang lebih tinggi (Sodak, 2011).


2.3.2. Indeks Telur Burung Puyuh
            Perhitungan indeks bentuk telur melibatkan penentuan nilai sifat-sifat yang diseleksi secara terpisah.Semakin tinggi indeks telur, maka kualitas telur semakin baik dengan bentuk semakin bundar.Bentuk telur merupakan salah satu unsur genetik yang diturunkan dari induk kepada anknya. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan perhitungan dengan cara lebar telur dibagi panjang telur dan hasilnya dikali seratus (Mujianto, 2007). Indeks hough pada telur puyuh adalah sebesar 77,96-80,20. Semakin besar indeks telur dapat berarti semakin besar atau bagus  kualitas pada telur tersebut.














BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Analisis sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh ini dilaksanakan di Kandang Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari, pada hari Rabu 9 Maret 2016 pukul 15:00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Praktikum
Adapun Alat dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum Analisis sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Alat dan Kegunaan Praktikum Analisis sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh
No.
         Alat
Kegunaan
1.
Jangka sorong
Untuk mengukur panjang dan diameter telur
2.
Timbangan
Untuk menimbang berat telur
3.
Spidol permanent
Untuk menuliskan kode pada telur
4.
Alat tulis
Untuk menulis hasil pengamatan
3.2.2. Bahan Praktikum
Bahan dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum Analisis sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh disajikan padaTabel 2.
Tabel 2.Bahan dan Kegunaan Analisis sifat kualitatif telur ayam kampung dan telur burung puyuh
No.
Bahan
Kegunaan
1.
2.
Ayam Kampung
Telur Puyuh
Sebagai bahan pengamatan
Sebagai bahan pengamatan


3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum Karekteristik dan Ukuran Dimensi TelurAyam Kampung adalah sebagai berikut:
1.      Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum,
2.      Menimbang telur ayam kampung, dan telur burung puyuh.
3.      Mengukur panjang telur ayam kampong, dan telur burung puyuh.
 






4.      Mengukur diameter  telur ayam kampung, dan telur burung puyuh.
                             



5.      Menghitung indeks telur dengan membandingkan lebar dengan panjang telur lalu dikaliakan 100 %.
6.      Memasukan telur ayam kampung dan telur burung puyuh dalam mesin tetas.
7.      Menghitung nilai vertilitasya setelah lima hari.
8.      Menuliskan hasil pengukuran.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rataan ukura-ukuran Ayam Kampung dan Burung Puyuh
Hasil pengamatan pada praktikum Rataan Bobot Telur, Panjang Telur, Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Bobot Telur, Panjang Telur, Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh
Jenis Telur
Ukuran telur
Bobot telur (g)
Panjang (cm)
Diameter (cm)
Ayam Kampung
41.86±4.16
4.53±0.64
4,22±3,01
Puyuh
9,80 ±1,38
2,93±0,19
2,36±0.50
           
Berdasarkan Tabel 3 hasil pengamatan yang diperoleh adalah pada telur ayam kampung memiliki rataan bobot telur adalah 41.86±4.16 gram, hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan pendapat Haryono (2000) bahwa telur ayam kampung memiliki kisaran bobot antara 35-45 gram. Berat telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, genetik, tingkatan dewasa kelamin induk. Sementara pendapat Hardjosubroto (1994) yang menyatakan bahwa berat telur ayam kampung kurang dari 42,6 gram.
panjang telur adalah 4.83±0.35 cm, dan diameter telur adalah 3.77±0.20 cm Sedangkan diameter telur ayam kampung rata-rata 3,56 cm. Hasil pengamatan yang di peroleh sesuai, Menurut Suprijatna (2005) bahwa panjang Telur Ayam Kampung yang idealnya adalah kurang lebih 5 cm, sedangkan lebar telur ayam kampung adalah 4 cm.
Pada telur burung puyuh memiliki bobot telur adalah 9,80 ±1,38gram, Hasil pengamatan ini sesuai dengan pendapat Mahi (2012) bahwa Bobot telur tetas yang baik untuk  burung  puyuh  berkisar  antara 9- 10 gram.
 Selain bobot telur ukuran lain yang diukur adalah panjang telur. Panjang  telur ini nantinya akan berpengaruh terhadap indeks telur. Semakin panjang ukuran yelur umaka indeksnya semakin menurun. Sebaliknya semakin  pendek ukurannya maka indeksya semakin tinggi. Panjang telur burung puyuh  berdasarkan hasil pengamatan adalah 2,93±0,19.
Ukuran yang selanjutnya diamati adalah diamaeter atau lebar telur. Lebar telur burung puyuh pada hasil pengamtan adalah 2,36±0,50. Lebar juga sangat menentukan nilai indeks telur, semakin tinggi nilai lebar telur maka semakin tinggi pula nilai indeks telur dan sebaliknya semakin rendah nilai lebar telur maka semakin rendah pula nilai indeks telur.
4.2. Persentasi Indeks Telur dan Koefisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh.
Hasil pengamatan pada praktikum Persentasi Indeks Telur dan Koefisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan Burung Puyuh Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Indeks Telur dan Kofisien Keragaman Telur Ayam Kampung dan   Telur Puyuh
Ukuran
Indeks telur (%)
Ayam Kampung
95,13±62,14
Puyuh
81,10±19,29

            Berdasarkan Tabel 3 hasil pengamatan yang diperoleh adalah pada telur ayam kampung memiliki persentasi indeks telur dan koefisien keragaman adalah 95,13±62,14. Hal ini tidak sesuai pernyataan Nasution (2009) bahwa indeks telur yang baik berkisar 70%-79%.Sementara itu menurut Sodak (2011) kisaran indeks telur yang normal adalah 70%-74%.Telur yang baik berbentuk oval dan idealnya mempunyai "Shape Index" (SI) antara 72-76 (Haryono, 2000).
            Nilai indeks telur  burung puyuh pada pengamatan ini yaitu  81,10±19,29. Sedangkan hasil pengamatan Srigandono, 1997 menunjukan bahwa  indeks hough pada telur puyuh adalah sebesar 77,96-80,20. Semakin besar indeks telur dapat berarti semakin besar atau bagus  kualitas pada telur tersebut. Indeks telur yang bagus nantinya juga akan menentikan daya tetas pada ternak yang bersangkutan.Hal ini sesuai dengan  pendapat Srigandono (1997) bentuk telur merupakan salah satu unsur genetik yang diturunkan dari induk kepada anaknya, untuk mengetahuinya dapat dilakukan perhitungan dengan cara lebar telur dibagi panjang telur dan hasilnya dikali seratus.
4.3. Persentase Koefisien Keragaman Pada Bobot Telur, Panjang dan Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh.

Hasil pengamatan pada praktikum persentase koefisien keragaman pada bobot telur, panjang dan diameter telur ayam kampung dan telur puyuh tabel 5.
Tabel 5. Persentase Koefisien Keragaman Pada Bobot Telur, Panjang dan Diameter Telur Ayam Kampung dan Telur Puyuh.
Ukuran Telur
Ayam Kampung
Puyuh
Bobot Telur (%)
41,86
9,80
Panjang Telur (%)
4.53
2,93
Diameter Telur (%)
4,22
2,36
Berdasarkan Tabel 5 hasil pengamatan yang diperoleh adalah pada telur ayam kampung memiliki persentase koefisien keragaman adalah pada ayam kampung memiliki koefisien keragaman bobot telur yaitu 41,86, koefisien keragaman panjang telur adalah 4,53, dan koefisien keragaman diameter telur adalah 4,22. Sedangkan pada telur burung puyuh memiliki koefisien keragaman adalah pada bobot telur 9,80, pajang telur adalah 2,93, dan diameter telur adalah 2,36.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan  diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.    Bobot telur pada ayam kampung adalah 41.86±4.16, panjang telur adalah 4.53±0.64, dan diameter telur adalah 4,22±3,01, sedangkan pada telur burung puyuh adalah bobot telur 9,80 ±1,38, panjang telur adalah 2,93±0,19, dan diameter telur adalah 2,36±0.50.
2.    Indeks telur pada telur ayam kampung adalah 95,13±62,14, sedangkan indeks pada telur burung puyuh adalah 81,10±19,29.
3.    Koefisien keragaman pada telur ayam kampung adalah bobot telur adalah 41,86, panjang telur adalah 4,53, dan diameter telur adalah 4,22, sedangkan koefisien keragaman pada telur burung puyuh adalah bobot telur 9,80, panjang telur adalah 2,93, dan diameter telur adalah 2,36.
5.2. Saran
            Saran saya pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.    Agar praktikum kedepannya alat-alatnya di lengakapi, seperti alat peneropongan.
2.    Kedepannya praktikum jangan dilakukan bercampur dengan semua kelas, karena susah untuk mencari datanya.

DAFTAR PUSTAKA

Diwyanto, K., D. Zainuddin, T. Sartika, S. Rahayu, Djufri, C. Arifin, & Cholil. 2007. Model Pengembangan Peternakan Rakyat Terpadu Berorientasi Agribisnis. Komoditi Ayam Buras. Laporan Dirjennak bekerjasama dengan Balitnak.
Hafez. 2000.
Mujianto. 2007.Produksi Unggas Ayam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suprianto. 2001. The Avian Egg. Jhon Willey and Sons. Inc, New York.
Sulandri, S., M.S.A Zein, Sri Paryanti, T. Sartika, J.H.P. Sidadolog, M. Astuti, T. Widjastuti, E. Sujana, S. Darana, I. Setiawan, D. Garnida, S. Iskandar, D. Zainuddin, T. Herawati, I. Wayan & T. Wibawan. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia.Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Jakarta.
Suprijatna. E. U. 2005. Atmomarsono dan R. Kartasudjana.Ilmu Dasar Ternak Umggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugiharto, R. S. 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sodak, F.J. 2011.Karakteristik Fisik Dan Kimia Telur Ayam Arab Pada Dua Peternakan Di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi. Peternakan Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Tugiyanti, E dan N. Iriyanti. 2012. Kualitas Eksternal Ayam Petelur Yang Mendapat Ransum Dengan Penambahan Tepung Ikan Fermentasi Menggunakan Isolate Produser Antihistamin. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. (1) No 2 : 23-45.
Vali, follet. 2008. “Circadian rhythm of melatonin in the pineal gland of the Japanese quail (Coturnix coturnix japonica)”. Journal of Endocrinology.Vol (107).No. 324 : 107-200.